Ayah Bunda, bacalah ini...!!! Agar kita mampu berusaha semaksimal mungkin dalam mendidik anak-anak.
Oleh Ecka Pramitha dan Nina
Rusmiati di Preschool On
Haura Dzikriyyah, gadis kecilku yang sudah
berusia 7 tahun ini dari kecil memang terbiasa
bangun kesiangan, alhasil ketika sekolah, butuh
ekstra perhatian untuk membangunkan Haura.
Sampai suatu malam, saat ayah membisikkan
kalimat positif pada Haura: "Haura anak sholihah,
ayah doakan Haura jadi profesor ya, bangun
pagi-pagi ya nak, biar badan segar dan sehat."
Paginya, benar-benar surprised, Haura bangun
sendiri di pagi hari, tanpa harus dibangunkan
ummi. Dia sholat, mandi, makan dan berangkat
sekolah tanpa tergesa-gesa lagi. Ini sudah
berlangsung selama 1 minggu ini, alhamdulillah..
Sebuah kalimat positif yang mengantarkan anak untuk tidur, sekilas sederhana, sepele.. Tapi ternyata masuk ke dalam alam bawah sadar anak.
Saya jadi teringat pernah membaca tentang hebatnya kalimat positif. Mungkin tanpa disadari dalam berkomunikasi sehari-hari dengan anak-anak kita tercinta, kita seringkali menggunakan gaya bahasa yang negatif, seperti: mengancam, "Haura ayo cepet tidur, nanti besok kesiangan". Kejadiannya tiap hari, Haura bangun kesiangan jika tidak dibangunkan ummi.
Gaya bahasa negatif lainnya: menakuti-nakuti, "awas nak, disitu gelap ada kecoa". Hasilnya: anak takut gelap dan kecoa. Lalu meremehkan, "ah, segitu aja masak gak bisa sih.." Harga diri anak terluka, dia pun merasa benar bahwa memang dia tidak bisa melakukan seperti yang diucapkan ibunya. dsb.
Jangan-jangan tanpa kita sadari, kita sering menggunakan gaya bahasa yang diistilahkan sebagai gaya bahasa negatif. Kebalikannya adalah gaya bahasa positif, inilah yang seharusnya kita gunakan dalam komunikasi
sehari-hari dengan anak kita.
Elizabeth Hartley dalam bukunya ?Happy Children Through Positive Parenting? menyatakan bahwa
gaya bahasa negatif mengakibatkan anak stress : merasa terhina, direndahkan, merasa tidak penting, merasa tidak mampu, merasa tidak dihargai dsb.
Selain itu mempengaruhi juga perkembangan anak secara negatif sehingga dapat menghambat anak dalam menggali berbagai potensi diri. Task Force for Personal and Social Responsibilities di Amerika menjelaskan bahwa setiap hari orang mendengarkan 432 kata dan kalimat negatif dan hanya 32 kata dan kalimat positif.
Sebanyak 80 persen kata-kata itu menyakitkan, memberikan dampak psikologis buruk dan tidak memotivasi orang untuk bangkit. Sisanya, orang bertahan meskipun mendengar kata-kata tersebut.
Oleh karena itu orang tua perlu belajar untuk tidak marah berlebihan apalagi mengancam anak.
Ada beberapa contoh gaya bahasa negatif (GBN) , dampaknya pada anak dan gaya bahasa positif (GBP) yang dapat dilakukan oleh orang tua terhadap anak pra sekolah maupun usia sekolah.
Berikut contoh-contoh tsb :
- Melabel.
GBN : "Kok kamu ini males banget, ya..! Habis main selalu saja berantakan !"
Efek pd anak : anak tumbuh menjadi individu yang juga senang melabel orang lain.
GBP : "Sayang, kalau mainan ini dirapihkan kembali, pasti kamarmu jadi rapi. Ayo bunda bantu !"
____________________________
- Penolakan
GBN : "Bunda nggak akan ngajak kamu pergi lagi, soalnya kamu suka rewel dan banyak maunya"
Efek : Anak sulit untuk kooperatif/kerjasama dan sering melakukan penolakan juga.
GBP : "Kamu boleh ikut bunda/ayah belanja ke supermarket, tapi kita hanya beli sayur, buah dan susu saja ya !"
____________________________
- Merendahkan/tak menghargai.
GBN : "Bunda nggak peduli apa alasan kamu, pokoknya bunda minta habis olah raga atau berenang, bajumu dan perlengkapan olah ragamu harus kembali !"
Efek : Anak suka memaksakan kehendak, selalu merasa paling benar dan tak memiliki kemampuan mengembangkan alternatif atau pilihan lainnya.
GBP : "Apa yang bunda bisa lakukan untuk membantu, agar tiap usai olah raga atau berenang, kamu selalu ingat untuk membawa kembali peralatan olah ragamu ?"
____________________________
- Mengembangkan perasaan rendah diri.
GBN : "Kalau kamu selalu nakal kaya begini, nanti bunda panggilkan polisi/satpam deh!"
Efek : Anak jadi seseorang yang senang menakut-nakuti atau mengancam.
GBP : "Bunda merasa sedih, bila kamu suka mengerjakan apa yang kamu inginkan, tanpa memberitahu bunda"
____________________________
- Merendahkan kemampuan anak.
GBN : "Apa sulitnya sih pelajaran Bahasa Indonesia, masa' cuma dapat 60 !"
Efek : Anak akan merendahkan kemampuan orang lain, sulit menghargai usaha baik orang lain,
selalu melihat sisi negatif orang lain.
GBP : "Nak, lain kali nilaimu pasti bagus, asal kamu belajar sebaik mungkin !"
____________________________
- Mengancam anak.
GBN : "Duh sarapan saja susahnya minta ampun. Terserah kamu deh. Nanti kalo di sekolah kamu pingsan, bunda gak mau tahu !"
Efek : anak mempunyai perilaku suka mengancam, melihat sisi negatif dari suatu hal dan perasaan khawatir yang tinggi.
GBP : "Nak, sebelum berangkat sekolah, sebaiknya kamu sarapan dulu. Itu penting, apalagi hari ini kan ada pelajaran olah raga."
____________________________
Seperti nasehat aa Gym : mulailah dari sekarang, mulailah dari yang kecil dan mulailah dari yang terdekat. Yuk, mulai sekarang kita belajar merubah gaya bahasa kita menjadi positif, khususnya pada anak-anak kita. Tiada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik.
Semangaaaat?
Sumber : artikel di tabloid Nakita dan penelusuran materi di internet
Home »
pendidikan
» Yuk Biasakan Berbahasa Positif Pada Anak
Yuk Biasakan Berbahasa Positif Pada Anak
Written By elkayis on Rabu, 22 April 2015 | 17.37
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar